Tuesday, March 7, 2017

DANAU KELIMUTU

Kamu udah ke Danau Kelimutu?
Aku dong udah

Dari sejak dulu emang pengen banget ke Kelimutu, secara cuma bisa lihat gambarnya di uang lima ribuan jadul itu kan ya.  Pucuk dicinta ulam tiba.

Waktu itu abang yang ngajakin, aku pikir cuman di PHP in doang. Eh..bener ternyata, sampe bingung sendiri buat nyiapin gembolan. Secara perjalanan yang ditempuh cukup jauh, harus bermalam pula. Yang pasti bawa baju ganti banyak-banyak, pasukan kecil ada tiga orang.

Jadilah setengah lemari pindah tempat.hahaha...ini mamak lebay.

Kami memutuskan untuk menginap di Ende. Pertimbangannya ya karena bisa sambil pesiar-pesiar. Kalau menginap di Moni lebih dekat, ke Kelimutu sekitar 15 km, hanya saja terlalu dingin. Moni terletak di kaki Gunung Kelimutu. Ada banyak penginapan dan rumah penduduk yang disulap jadi guest house, untuk para wisatawan.  

Selepas subuh, dari Ende kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Kelimutu. Sekitar 65 km yang harus kami tempuh. Hari masih gelap. Dan tak ada ceritanya jalan lurus di tanah flores ini, jalan berkelok kelok. Tak terlalu mengerikan sih, hanya saja membuat mabok darat. Disepanjang jalan kami semua terlelap, kecuali abang yang dibelakang kemudi itu.

Sesampainya di gerbang Kelimutu, kita akan membeli tiket masuk. Untuk wisatawan lokal tarifnya cukup murah  5.000/orang. Sedangkan untuk wisatawan asing 150 rb/orang. Dari gerbang menuju ke Lokawisata masih beberapa kilometer. Kelokannya jauh lebih tajam dan lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Seperti obat nyamuk bakar yang tak tuntas-tuntas.

Usahakan pagi buta sudah tiba di Kelimutu. Karena bisa melihat sunrise yang indahnya tiada tara.
Kalaupun hari mendung, dan tak dapat sunrise, paling tidak bisa dapat tempat parkir yang dekat. Kalo hari libur, parkir mengular. Yang berarti jalan menuju ke danau akan semakin jauh.



Saat tiba di Lokasi, meski tak ada hujan, berasa gerimis, rintik-rintik, dan berkabut.

jangan lupa mengenakan pakaian tebal. Dinginnya menggigit sampe ke tulang. Boleh juga bawa kain tenun ende cukup hangat dipake untuk kridongan πŸ˜†

Sebelum sampai di puncak danau, Kita akan menyusuri hutan wisata yang asri dan sejuk. Lumayan juga sih kalo sambil gendong bayi. Saking senengnya sampe enggak kerasa gapeh J. disepanjang jalan ketemu sama beberapa debay. Mamaknya saling melempar senyum meski tak kenal. Senasib. Mungkin gitu dalam hati kali ya...



Sempat kepikiran sewaktu tiba di sana, kok ada danau di ketinggian? kalau yang aku lihat ya, danau ini mirip-mirip sebuah kawah di puncak bukit, ternyata iya danau ini merupakan kawah dari Gunung Kelimutu. Tak ada bau belerang seperti saat berkunjung di tangkuban perahu. Sejuk sekali.


Kami harus menunggu beberapa saat, sambil duduk duduk di sepanjang tangga perlintasan karena danau masih tertutup kabut. Sesekali sambil melempar buah stroberi untuk kera-kera yang bermain disekitar tangga.

Tak berapa lama kabut mulai naik. Dan Tara......semua rasa lelah terbayar saat merasakan keindahannya. Para pengunjung mulai memotret dan berselfi. Termasuk sayah.








Danau Kelimutu sendiri terletak di Desa Pemo, Kabupaten Ende, tepat di puncaknya Gunung Kelimutu. Kelimutu sendiri perpaduan dari kata “Keli” yang berarti gunung dan “mutu” yang berarti mendidih. Jadi kalo digabung menjadi Gunung yang Mendidih. Serem ya bo. Terakhir kali meletus di tahun 1968. Saya belum lahir.



Danau ini memiliki tiga warna yang akan selalu berubah (merah,putih,biru). Karena keunikan ini, tak heran Kelimutu menjadi destinasi wisata yang kesohor seantero negri bahkan mancanegara.
Konon setiap warna pada danau memiliki arti yang berbeda-beda. Ini mitos dari penduduk setempat. Danau yang berwarna Merah “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang mati yang selama hidup melakukan kejahatan/tenung. Danau yang berwarna putih “Tiwu Ata Mbupu” tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Dan Danau yang berwarna biru “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang meninggal.

Meski demikian, tak ada kesan seram sama sekali saat berkunjung ke Danau Kelimutu.

Saat saya berkunjung, dua danau berwarna hijau dan satu danau berwarna putih. Menurut penelitian sih warna air di dalam danau selalu berubah disebabkan oleh proses geokimia di dasar danau yang menghasilkan kandungan zat kima tertentu di dalam air.


Hari menjelang siang saat kami hendak pulang. Pengunjung semakin banyak di lokawisata yang kebanyakan turis lokal yang ingin menghabiskan waktu liburan.


Kami juga sempat singgah di Pasar Moni saat perjalanan pulang. Ada sayuran dan buah segar di situ. Murce (murah cekali). Biasa kan mamak mamak kalo ada yang murah suka kalap. Hahahaha.

Pertanyaan saya terjawab sudah. Kenapa tak ada hotel atau tempat hiburan apapun di sekitar Kelimutu. Karena Danau Kelimutu terletak di Kawasan Taman Nasional dan Hukum adat setempat melarang penduduk untuk melakukan jual beli tanah di sekitar Kelimutu. Oh...keren sekali kan.

Kesan saya setelah mengunjungi Kelimutu, mau..lah kesini lagi kapan kapan. Tapi naik motor saja.
Destinasi wisata yang sangat recomended





#latepost #danaukelimutu #ende #flores #ntt #kelimutulake #kelimutu #moni

Melamar, bukan melamar gadis

😝😜




Pagi itu, sehari selepas wisuda. Saya segera berkemas. Menuju kota impian hampir semua orang,  Jakarta Raya, kota yang biasanya saya lihat di layar televisi.

Dengan semangat yang bergelora di dada, seorang sarjana yang hendak bertarung mencari kerja di belantara ibukota.

Dengan uang saku pas, sampailah saya di ibukota.

Jika saja bis yang saya tumpangi menurunkan saya di tengah jalan, pastilah saya sudah ilang dimana-mana. Uang kembalian sisa karcis bis, lima belas ribu rupiah Tentu tak cukup jika saya harus kembali lagi ke kampung.

Memang mujur betul saya ini, tak satupun halang rintang di jalan.

Hari yang sama di sore hari, saya sudah tiba di Jakarta. Kota metropolitan.

Tak seharipun saya buang percuma. Semua lowongan kerja yang sedianya sesuai dengan kualifikasi, saya kirimi surat lamaran. Saat itu andalannya Kompas Sabtu Minggu.

Kali pertama mendapat panggilan, dari hotel kenamaan yang memiliki cabang hampir di seluruh kota besar di Indonesia, untuk posisi finance accounting.

Dari banyak yang lulus psikotes disaring hingga menyisakan lima kandidat. Saya sendiri mungkin udah bolak-balik 7 kali an. Dan saya salah satu dari the big five nya sodara. Eh yang diterima Cuma satu. Dan saya tersisih. Aku rapopo. Baru pertama kan. It’s the first. Masih terbentang seribu jalan.

Masih di surat kabar yang sama, kali ini interview langsung. 
Posisi di wisma Benhil. Saya dianterin sama mbekayu saya, karena memang jalurnya searah. Sekalian berangkat kerja di Sudirman. Saya dianterin sampe depan. Dan saya masuk sendiri. Sambil plonga plongo, iki beneran ora to ya. Gedung tua. Banyak area yang kosong malah. Layaknya rumah yang ditinggalkan pemiliknya.πŸ‘€πŸ˜±

Tapi sudah kepalang tanggung. Kalo tak jadi sayang kan. Sesampainya di ruangan yang alamatnya sama persis dengan di koran kompas. Ada sekuriti berjaga di depan pintu masuk. Bertanyalah saya. Dan langsung dipersilahkan untuk masuk. Olala kagetnya saya, ternyata di dalam ruangan penuh sesak. Mereka juga sama denganku. Mau interview.

Tak lama kemudian Saya maju dan duduk berhadapan dengan ibu yang memanggil namaku. Kemudian tanpa basa basi, ibu yang mewawancarai langsung bertanya, seandainya saya bekerja di PT X mau nggak. Dengan mantab saya langsung jawab mau bu. Kemudian Sang Ibu memberi tahu bahwa gaji saya sekian dan akan dipotong sekian sekian di tiap-tiap bulannya. Disitu aku merasa tuing tuing sekaleh. Kemudian untuk biaya administrasi harus membayar tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Dan dibayar sekarang. What?! Saat itu juga saya memberi tahu ibu pewawancara bahwa saya tidak membawa uang. Lalu si Ibu menurunkan biaya administrasi menjadi tiga ratus ribu rupiah. Lalu saya jawab lagi. “Saya nggak punya duit bu”. “ya udah dua ratus lima puluh”. Si Ibu jawab saya lagi. Masih dengan jawaban sama dan muka masih datar “Saya nggak punya duit bu”. “Oke dua ratus”. Kali ini dengan nada ngeyel saya jawab “Saya nggak punya duit bu”.
Tanpa menyerah si Ibu kembali bertanya kepada saya “rumahmu dimana?”. “Di Jawa bu”.
“Lalu sekarang tinggal dimana?” masih mencecar saya “ di Mampang Prapatan bu”. Dengan muka sedikit mengembang si Ibu kembali berkata “Itu deket. Kamu pulang dulu ambil uangnya”

Disini saya bener-bener tuing-tuing. Lah kalo saya pulang mbok, mba ku lagi kerja. Lalu saya ini minta duit sama sapa? Sapa? Ke Bi Rasem ART nya mba ku?. Saya gila. OMG.  Saya kan nyari kerja buat dapet duit, lah ini belum kerja sudah dimintain duit duluanπŸ˜“

Dengan super pede saya langsung batalkan. Dan si Ibu itu masih belum puas minta duit juga. Dia masih minta duit lima puluh ribu sodara. Dan saya lagi lagi tak bawa uang.
Saya langsung ngacir pulang. Emoh emoh. Mlayu ae. bwaHahahaha.πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Belakangan baru tau ternyata yang begindang namanya outsorcing ya.

Tak berakhir disini perjalanan saya
Di hari berikutnya saya pergi interview di perusahaan investasi. Acaranya training.
Di hari kedua, pesertanya sudah bubar semua. Tinggal tiga orang sahaja. Maka tak pelak di hari ketiga pun saya menghilang seperti peserta yang lainnya.

Masih di Ibukota
Kali ini interview di perusahaan kontraktor untuk penempatan Sulawesi Utara. Final! Saya mendapatkan nya. Segera setelah nego gaji. Mereka mempersiapkan keberangkatan saya. Pas sebulan setelah saya wisuda, saya sudah mendapatkan pekerjaan.
Puji Syukur

Di Manado, Sulawesi Utara
Saya fresh graduate, saya idealis. Tentu saja. Karena saya cinta Indonesia. Tentu kejujuran harus di junjung setinggi-tingginya.
Ada beberapa hal yang saya merasa bahwa pekerjaan yang saya ambil ini. Tak sesuai dengan hati nurani terdalam. Terutama jika ada hal-hal yang merugikan negara. Buat saya itu NO. TIDAK.
Ditengah kebimbangan saya, kembali mendapat panggilan interview dari Jakarta. Dan saya berkata jujur bahwa posisi saya ada di Manado. Dan saya berjanji bahwa saya akan datang interview setelah kotrak pertama saya selesai.
Di hari yang saya nantikan, saya menepati janji. Saya mengajukan resign, dan segera meninggalkan kota Manado.
Tentu saja setelah melalui serangkaian tes kesehatan yang lumayan. Saya kembali ke Ibukota. Bekerja sebagai Finance Accounting di sebuah Perusahaan Kontraktor Tambang. Dan it’s very very happy.
Finally, disinilah saya bekerja hingga akhirnya saya mengajukan resign untuk menikah.

pengalaman kamu nyari kerja gimana...........