ππ
Pagi itu, sehari selepas wisuda.
Saya segera berkemas. Menuju kota impian hampir semua orang, Jakarta Raya, kota yang biasanya saya lihat di
layar televisi.
Dengan semangat yang bergelora di
dada, seorang sarjana yang hendak bertarung mencari kerja di belantara ibukota.
Dengan uang saku pas, sampailah
saya di ibukota.
Jika saja bis yang saya tumpangi
menurunkan saya di tengah jalan, pastilah saya sudah ilang dimana-mana. Uang
kembalian sisa karcis bis, lima belas ribu rupiah Tentu tak cukup jika saya
harus kembali lagi ke kampung.
Memang mujur betul saya ini, tak
satupun halang rintang di jalan.
Hari yang sama di sore hari, saya
sudah tiba di Jakarta. Kota metropolitan.
Tak seharipun saya buang percuma.
Semua lowongan kerja yang sedianya sesuai dengan kualifikasi, saya kirimi surat
lamaran. Saat itu andalannya Kompas Sabtu Minggu.
Kali pertama mendapat panggilan,
dari hotel kenamaan yang memiliki cabang hampir di seluruh kota besar di
Indonesia, untuk posisi finance accounting.
Dari banyak yang lulus psikotes
disaring hingga menyisakan lima kandidat. Saya sendiri mungkin udah bolak-balik
7 kali an. Dan saya salah satu dari the big five nya sodara. Eh yang diterima
Cuma satu. Dan saya tersisih. Aku rapopo. Baru pertama kan. It’s the first.
Masih terbentang seribu jalan.
Masih di surat kabar yang sama,
kali ini interview langsung.
Posisi di wisma Benhil. Saya dianterin sama
mbekayu saya, karena memang jalurnya searah. Sekalian berangkat kerja di
Sudirman. Saya dianterin sampe depan. Dan saya masuk sendiri. Sambil plonga
plongo, iki beneran ora to ya. Gedung tua. Banyak area yang kosong malah.
Layaknya rumah yang ditinggalkan pemiliknya.ππ±
Tapi sudah kepalang tanggung.
Kalo tak jadi sayang kan. Sesampainya di ruangan yang alamatnya sama persis
dengan di koran kompas. Ada sekuriti berjaga di depan pintu masuk. Bertanyalah
saya. Dan langsung dipersilahkan untuk masuk. Olala kagetnya saya, ternyata di
dalam ruangan penuh sesak. Mereka juga sama denganku. Mau interview.
Tak lama kemudian Saya maju dan
duduk berhadapan dengan ibu yang memanggil namaku. Kemudian tanpa basa basi,
ibu yang mewawancarai langsung bertanya, seandainya saya bekerja di PT X mau
nggak. Dengan mantab saya langsung jawab mau bu. Kemudian Sang Ibu memberi tahu
bahwa gaji saya sekian dan akan dipotong sekian sekian di tiap-tiap bulannya.
Disitu aku merasa tuing tuing sekaleh. Kemudian untuk biaya administrasi harus
membayar tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Dan dibayar sekarang. What?! Saat
itu juga saya memberi tahu ibu pewawancara bahwa saya tidak membawa uang. Lalu
si Ibu menurunkan biaya administrasi menjadi tiga ratus ribu rupiah. Lalu saya
jawab lagi. “Saya nggak punya duit bu”. “ya udah dua ratus lima puluh”. Si Ibu
jawab saya lagi. Masih dengan jawaban sama dan muka masih datar “Saya nggak
punya duit bu”. “Oke dua ratus”. Kali ini dengan nada ngeyel saya jawab “Saya
nggak punya duit bu”.
Tanpa menyerah si Ibu kembali
bertanya kepada saya “rumahmu dimana?”. “Di Jawa bu”.
“Lalu sekarang tinggal dimana?”
masih mencecar saya “ di Mampang Prapatan bu”. Dengan muka sedikit mengembang
si Ibu kembali berkata “Itu deket. Kamu pulang dulu ambil uangnya”
Disini saya bener-bener
tuing-tuing. Lah kalo saya pulang mbok, mba ku lagi kerja. Lalu saya ini minta
duit sama sapa? Sapa? Ke Bi Rasem ART nya mba ku?. Saya gila. OMG. Saya kan nyari kerja buat dapet duit, lah ini
belum kerja sudah dimintain duit duluanπ
Dengan super pede saya langsung
batalkan. Dan si Ibu itu masih belum puas minta duit juga. Dia masih minta duit
lima puluh ribu sodara. Dan saya lagi lagi tak bawa uang.
Saya langsung ngacir pulang. Emoh
emoh. Mlayu ae. bwaHahahaha.π
π
π
Belakangan baru tau ternyata yang
begindang namanya outsorcing ya.
Tak berakhir disini perjalanan
saya
Di hari berikutnya saya pergi
interview di perusahaan investasi. Acaranya training.
Di hari kedua, pesertanya sudah
bubar semua. Tinggal tiga orang sahaja. Maka tak pelak di hari ketiga pun saya
menghilang seperti peserta yang lainnya.
Masih di Ibukota
Kali ini interview di perusahaan
kontraktor untuk penempatan Sulawesi Utara. Final! Saya mendapatkan nya. Segera
setelah nego gaji. Mereka mempersiapkan keberangkatan saya. Pas sebulan setelah
saya wisuda, saya sudah mendapatkan pekerjaan.
Puji Syukur
Di Manado, Sulawesi Utara
Saya fresh graduate, saya
idealis. Tentu saja. Karena saya cinta Indonesia. Tentu kejujuran harus di
junjung setinggi-tingginya.
Ada beberapa hal yang saya merasa
bahwa pekerjaan yang saya ambil ini. Tak sesuai dengan hati nurani terdalam.
Terutama jika ada hal-hal yang merugikan negara. Buat saya itu NO. TIDAK.
Ditengah kebimbangan saya, kembali
mendapat panggilan interview dari Jakarta. Dan saya berkata jujur bahwa posisi
saya ada di Manado. Dan saya berjanji bahwa saya akan datang interview setelah
kotrak pertama saya selesai.
Di hari yang saya nantikan, saya
menepati janji. Saya mengajukan resign, dan segera meninggalkan kota Manado.
Tentu saja setelah melalui
serangkaian tes kesehatan yang lumayan. Saya kembali ke Ibukota. Bekerja
sebagai Finance Accounting di sebuah Perusahaan Kontraktor Tambang. Dan it’s
very very happy.
Finally, disinilah saya bekerja
hingga akhirnya saya mengajukan resign untuk menikah.
pengalaman kamu nyari kerja gimana...........
No comments:
Post a Comment